Saturday, 29 December 2012

Bakar-Bakaran di Tahun Baru?????

Kegiatan relevant yang biasa dilakukan misalnya bakar ikan, bakar ayam, bakar jagung bahkan bakar daging seperti sate dan lain sebagainya. Aktifitas seperti itu sebetulnya tidak terlalu istimewa tokh hal tersebut dapat pula dilakukan diluar moment menyambut tahun baru. Yang harusnya membuat kita penasaran untuk selalu memikirkan dan mengambil hikmah/pelajaran adalah: kenapa kegiatan itu selalu menyertai moment menyambut tahun baru?

 Jawabannya adalah bahwa pergantian tahun baru pada hakekatnya juga haruslah merupakan pergantian “diri” kita. Kita harus merubah diri menjadi LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA.

Peristiwa bakar-bakaran pada dasarnya suatu lambang bahwa kita harus “membakar” ahlaq/tabi’at kita yang tidak baik dengan ahlaq yang lebih baik.

Kita harus “membakar” semua sisi gelap sifat kita ditahun terlewat dengan “ganti baju” oleh sifat baik.

Kita harus “membakar” sifat sombong, ujub, ria, takabur, serakah/tamak, iri/ dengki, kikir.

Kita harus “membakar” kebiasaan kita yang gila hormat, rindu sanjungan, kangen pujian.
 
Kita harus “membakar” hasrat kita yang selalu ingin menguasai, ingin selalu terlihat lebih dari orang lain, senang melihat orang susah dan susah/risih bila melihat orang senang.
 
Kita harus “membakar” sifat kita yang selalu “gatel” untuk mencemooh, ghibah (bergunjing), naimimmah (mengadu-domba), fitnah, hipokrit (bermuka dua), mengeruk keuntungan dalam kepahitan orang lain (opportunist) Dan sebagainya…dan sebagainya……………….!
 
Sudah menjadi kodrat manusia yakni tempatnya salah dan lupa, sebagai mana kata pepatah: manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena kita menyadari dengan pepatah diatas, maka kita perlu berusaha…..berusaha……dan terus berusaha hingga kita mendekati…..mendekati…dan mendekati kesempurnaan.

Lalu apa sih arti kesempurnaan bagi seorang insan/manusia ? manusia yang sempurna dalam pandangan robbi izzati (Alloh swt) adalah manusia yang tidak hanya percaya (Iman), tetapi juga menjalankannya sesuai Syariat (Islam) dan senantiasa menghiasinya hidupnya dengan ketaqwaan kepada Alloh swt sehingga dia dapat mencapai maqom (Ikhsan) maka inilah makna kesempurnaan dalam padangan-Nya .

Itulah bedanya arti kesempurnaan dalam pandangan Alloh, dan hal tersebut berbeda seratus delapan puluh derajat dengan makna kesempurnaan dalam pandangan manusia. Manusia akan dipandang sempurna oleh manusia lain apabila berharta banyak/melimpah, berpangkat/berkedudukan tinggi, berwajah cantik/tampan dan lain sebagainya yang sifatnya duniawi.

Sifat/tabiat yang gila harta, gila jabatan/kedudukan gila kesenangan dunia dengan mengabaikan kaidah inilah yang harus kita “bakar”. Fikiran kita yang terlalu mengagung-agungkan dunia, mejadikan harta/dunia sebagai tujuan seperti inilah yang harus kita “bakar”. Otak kita yang terlalu “mendewakan” uang inilah yang harus kita “bakar”.

No comments:

Post a Comment