“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (H.R Bukhari Muslim)
Berikut ini 10 hal yang bisa menjadi indikasi kita GAGAL meraih keutamaan Ramadhan
Pertama, ketika kurang optimal melakukan ‘warming up’ dengan memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban.
Kedua, ketika target pembacaan Al Qur’an yang dicanangkan, minimal satu kali khatam, tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan.
Ketiga, ketika berpuasa tidak menghalangi seseorang dari penyimpangan mulut seperti membicarakan keburukan orang, mengeluarkan kata kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, berdusta dan sebagainya.
Keempat, ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram.
Kelima, ketika malam malam Ramadhan menjadi tak ada bedanya dengan malam malam selain Ramadhan.
Keenam, jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang.
Ketujuh, ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqoh.
Kedelapan, ketika hari-hari menjelang idul fitri sibuk dengan persiapan lahir, tapi tidak sibuk dengan memasak perbekalan sebanyak-banyaknya pada 10 malam terakhir untuk memperbanyak ibadah.
Kesembilan, ketika Idul Fitri dan selanjutnya dirayakan laksana hari “merdeka” dari penjara untuk kembali melakukan berbagai penyimpangan.
Kesepuluh, setelah Ramadhan, nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti pada bulan bulan selanjutnya.
Kedua, ketika target pembacaan Al Qur’an yang dicanangkan, minimal satu kali khatam, tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan.
Ketiga, ketika berpuasa tidak menghalangi seseorang dari penyimpangan mulut seperti membicarakan keburukan orang, mengeluarkan kata kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, berdusta dan sebagainya.
Keempat, ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram.
Kelima, ketika malam malam Ramadhan menjadi tak ada bedanya dengan malam malam selain Ramadhan.
Keenam, jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang.
Ketujuh, ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqoh.
Kedelapan, ketika hari-hari menjelang idul fitri sibuk dengan persiapan lahir, tapi tidak sibuk dengan memasak perbekalan sebanyak-banyaknya pada 10 malam terakhir untuk memperbanyak ibadah.
Kesembilan, ketika Idul Fitri dan selanjutnya dirayakan laksana hari “merdeka” dari penjara untuk kembali melakukan berbagai penyimpangan.
Kesepuluh, setelah Ramadhan, nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti pada bulan bulan selanjutnya.
No comments:
Post a Comment